Dari pulas tidurku
ia menerjang liar
Mengejar kelam
bayangan purba yang tertinggal di rahim ibu
Ia mengerang,
melawan sakit
teramat ganjil,
yang tak ia temukan
pusat dan sumbernya
“Siapakah itu Ibu, atau apakah itu
di rahimmu?
Lihatlah ia meronta di antara bubuk mesiu
yang kautabur
Bisakah kaupercaya tanganmu hampir
berlumur darah?”
Dalam pulas tidur aku
tak berdaya mencegah,
atau merebut belati
tak bersarung dari tangannya,
yang ia kibaskan di
sepanjang dendam, tertuju pada semua yang terjumpa
Dahan-dahan patah
Daun-daun gugur
Korban bertumbangan,
tapi baginya tak ada
kata cukup,
sebab rahim ibu
enggan memperanakkannya
Ia terus mengerang,
meraung-raung
Tebasan paling
dahsyat mengguncang tubuh dan ranjangku
Bersimbah peluh aku
terlompat,
tapi ia sirna saat
kuterjaga
Astaga! Mengapa
belatinya di tanganku?
Belati yang
mengucurkan darah bercampur air mata
Lantas jasad dengan
jantung dan usus terburai di ranjang?
Siapa dia?
Aku seperti mengenal
wajahnya pada wajahku
Ibu, maafkan aku!
Dhenok
Kristianti, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar