Kautahu ke dada mana
mesti kembali
Jika kembaramu hanya
menemu ruang-ruang semu,
pintu-pintu
terkunci, atau belantara asing yang tak ramah
Jika langkahmu
terhuyung diterpa badai,
menggigil was-was di
tengah cuaca yang kian brutal,
mengertilah, dada
ini selalu terbuka untukmu!
Semua lorong di
semua musim sudah kaujelajahi
Kuda-kuda betina
merampas, membawamu ke alam ceracau
Kaumabuk hilang
kendali,
sementara rumah yang
kuhangatkan dengan cinta,
selalu
hitam di matamu!
Terlampau mahal
harga yang kaubayar,
untuk membeli
kepalsuan dan kehampaan,
apalagi cuma
kesakitan dan kejatuhan!
Lelaki malang,
kenapa tak sudi mengaku rindu,
pada kebun anggurmu
yang setia kupelihara?
Kenapa tabu berbalik
arah,
mandi di sumurmu
sendiri yang berbual-bual,
yang tak pernah
kautemu di sepanjang kelanamu?
Setiap sore aku naik
ke sotoh rumah,
melempar pandang
jauh ke padang-padang sunyi
Selalu ada gemuruh
di dada telanjangku yang membuncah :
membayangkan kaupulang,
menyusup-nyusupkan kepala,
dan menyadap luka yang kautorehkan
di antara belahannya
Tanyaku selalu, tak
letih-letihnya :
Lelaki
tualang pulang kapan,
kapankah
kaupulang?
Dhenok Kristianti, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar