Kamis, 23 April 2015

PENANTIAN (Untuk Sang Tualang Pulang Kapan)

Kautahu ke dada mana mesti kembali
Jika kembaramu hanya menemu ruang-ruang semu,
pintu-pintu terkunci, atau belantara asing yang tak ramah
Jika langkahmu terhuyung diterpa badai,
menggigil was-was di tengah cuaca yang kian brutal,
mengertilah, dada ini selalu terbuka untukmu!

Semua lorong di semua musim sudah kaujelajahi
Kuda-kuda betina merampas, membawamu ke alam ceracau
Kaumabuk hilang kendali,
sementara rumah yang kuhangatkan dengan cinta,
selalu hitam di matamu!
Terlampau mahal harga yang kaubayar,
untuk membeli kepalsuan dan kehampaan,
apalagi cuma kesakitan dan kejatuhan!

Lelaki malang, kenapa tak sudi mengaku rindu,
pada kebun anggurmu yang setia kupelihara?
Kenapa tabu berbalik arah,
mandi di sumurmu sendiri yang berbual-bual,
yang tak pernah kautemu di sepanjang kelanamu?

Setiap sore aku naik ke sotoh rumah,
melempar pandang jauh ke padang-padang sunyi
Selalu ada gemuruh di dada telanjangku yang membuncah :
            membayangkan kaupulang,
            menyusup-nyusupkan kepala,
            dan menyadap luka yang kautorehkan di antara belahannya

Tanyaku selalu, tak letih-letihnya :
Lelaki tualang pulang kapan,
kapankah kaupulang?

                                    Dhenok Kristianti, 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar