Sang Dewi,
singkirkan jemari
dari wajahmu,
tak perlu kaututupi!
Keringkan lelehan
air dari matamu,
tak perlu kautangisi
Siapa semestinya
menanggung malu?
Bukan kau, bukan!
Para lelaki suamimu,
mestinya mengerat
sendiri kemaluan mereka,
menaruhnya di
pinggan perak di meja judi
Katakan :
Batang lingga hanya pantas bagi
sejatinya lelaki,
bukan untuk pecundang yang hancurkan
harkat diri
Jangan takut,
Drupadi
Aku Sang Hyang
Wenang, membalut tubuhmu dengan selendang pelangi
Panjangnya dari
kutub bumi hingga puncak Swargaloka
Mata jalang Kurawa
tak mampu tembus kulitmu yang tembaga
Walau Dursasana
melenguh dan basah oleh peluh,
tak kan sanggup ia
menggulung selendang kehormatanmu
Mencibirlah Sang Dewi,
tatap dengan sinis!
Katakan pada para
lelaki yang kehilangan nurani :
12 X 12 purnama 12 X 12 bulan mati,
kalian kan dicambuk di hutan-hutan
tergelap
Istana Astina merintih diinjak-injak
kaki raksasa,
sementara para kawula mengaduh,
melata dengan lapar mendera
Dan kau Dursasana!
Para lelakiku saat ini bukan
tandinganmu
Mereka bahkan bersekongkol,
mengira perempuan sepertiku cuma
pembangkit nafsu
Tunggulah Dursasana!
Tanganku sendiri yang dibalur
dendam,
akan melemparmu ke kawah kematian,
sebab aku perempuan, pantang
dihinakan!
Dhenok
Kristianti, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar