Kamis, 23 April 2015

RENUNGAN SEHABIS PEMENTASAN MAHABHARATA

Kesetiaan bagi Dewi Gandari adalah membutakan indria
Ia tak sanggup menikmati keindahan yang tak dilihat suaminya

Jujurkah ia, atau bersebab tiada cinta?
Dalam gelap ia bayangkan Pandu Dewanata mendekap berahinya,
sementara tangan buta Prabu Drestarasta, liar meraba menyingkap kainnya
Ia pun berharap seratus bayi bakal menggeliat dalam rahim,
Nafsunya satu : menandingi Dewi Kunti yang membuncahkan cemburu

Pilihan hidup tak wisesa :
Ia izinkan nurani diselimuti kebohongan dan kebencian
Bukankah si buta tak mampu menuntun orang buta?
Mengapa ia menutup mata, membenci Sang Surya?

Kegelapan yang terlampau kelam,
membungkus rahimnya dengan kutuk nestapa
Ia lupa, para dewa perlu cahaya dalam mencipta
Tanpanya, bongkahan daging bernyawa tanpa sukma,
lantas menjelma seratus raksasa!

Seratus raksasa dengan taring selalu lapar,
tak sekedar karma bagi Dewi Gandari
Gaungnya adalah cahaya yang dipadatkan,
menjadi kaca bagi siapa yang ingin mendandani diri 


Dhenok Kristianti,  2011 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar