Lidahku jadi api,
menyembur di pusat
terdalammu
Simpul yang
menyatukan denyut nadiku dan nadimu,
terbakar,
begitu saja!
Semestinya biarkan
canda tetap sebuah canda
Mengapa kauhangus
juga,
sementara tahu, bibir
dan hati betapa jauh jaraknya!
Dalam sesal terban
tanah pijakan,
hingga jurang menganga,
lebar dan dalam
Di tepi ini aku
gagu, di tepi sana engkau kelu,
diam tergagap dalam
bekapan angin yang menderu
Haruskah kukerat
lidah ini sebagai harga yang mesti dibayar?
Kurelakan dengan kepasrahan
yang tak kuizinkan meronta
Biar terbukti seloroh
dalam kitab-kitab tua,
bahwa cinta selalu
siap terluka
Nanti jika bentangan
yang tercabik bisa kembali merekat,
menyelamlah
sedalammya, hingga ke dasar rasa
agar lebih kaukenal
pijar-pijar di mataku
dan kaubaca seluruh
rajah tubuhku
Di sana bakal
kaujumpa indahnya taman laut bawah samudera
yang kutata rapi,
ganti sesal dan denda yang lunas kubayar
(For my magician )
Dhenok Kristianti, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar