Kamis, 23 April 2015

CANDU PUISI ADALAH PUISIMU : Mardi Luhung

Kau perangkap aku dalam candu puisi-puisimu
hingga tak mampu berkata
Nafas mesti kuhemat, juga detak jantung
agar tersisa untuk pengembaraan yang melingkar-lingkar

Alangkah dingin hari saat tiba di depan tiga kastil kembar
Kastil yang kautunjuk mengarah ke taman Eden,
atau ke pematang licin yang entah berakhir di mana,
atau ke hatiku yang bergumam, “Putra samudera!”
Pilihlah satu kastil dengan mata terpejam,
sebab teka-teki selalu mendebarkan
Semoga kastilmu itulah kastilku
Di sana ada ruang opera, begitu luas dan primpen
Di sudutnya bisa kita sembunyikan mata sipit milik berdua,
juga kecerdikan naga dalam darahmu dan darahku,
yang susah payah kita ingkari dari waktu ke waktu

Suatu hari candu puisimu kuat mencengkeram
Di depan papan catur, betapa merisaukan langkahmu!
Sadarilah, sedang kauhadapi sang maestro,
dalam pertandingan yang sungguh mendebarkan
Hei, Putra Samudera, taktikmu selalu terbaca
Meski bidak-bidak kau gerakkan ke arah tak terduga,
ia selalu punya cara menaklukkan keras kepalamu
Barangkali kau harus melarikan diri dari permainan,
sebab bersiasat sungguh bukan duniamu
Bersembunyilah menghindar dari kekalahan
            di tempat paling aman,
            di balik candu kata-kata, dalam puisimu!


Dhenok Kristianti, 2012

2 komentar: