Kamis, 23 April 2015

BERJALAN DI ATAS BARA

Bara terserak di sepanjang jalan kehidupan
Kita mesti waspada!
Melompat-lompat menghindar walau sering gagal
Belum sembuh kulit melepuh,
kaki-kaki tak beralas kembali terantuk,
terjatuh kita di atas bara menumpuk!   
Panasnya api, pedihnya luka-luka,
terasa nyeri hingga di pusat jiwa

Bara apa yang tak henti memanggangmu?
Permainan takdir yang tergurat di telapak tangan,
ataukah kausulut sendiri dalam kegilaan atas kegilaan?
Kemiskinan melengketkan usus anak-anakmu
Kekayaan melambungkan kepongahan dan segenap gelojoh
lalu membantingmu di jurang tergelap!
Bisa jadi iri dan dengki adalah bara yang membakar hati
atau dendam, atau rakus, atau cinta diri tak terperi
nafsu dan angkara yang menghanguskan,
bagaimana melewatinya?
bagaimana?

Barangkali kita mesti berbalik arah!
Lari cepat ke asal-muasal, ke muara!
Rendam kaki yang luka, nikmati sembuhnya
Siapkan juga galon-galon, isi dengan air mata
Jika waktu untuk berangkat kembali tiba,
siapa tahu hamparan bara api dapat kita padamkan
dengan air mata, dengan segenap pengakuan!



Dhenok Kristianti, 2011 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar