Malam menjadi
terlampau panjang
Tak tahu bagaimana
simpul akhirnya
Sia-siakah rasa
sesal,
yang terbangun di
atas genangan air mata?
Tanya dan harap
menguap dalam pusaran angin yang menghentak,
ambyar tanpa
kepastian jawab. Ngilu semata!
Seandainya Tuhan
boleh digugat,
kemarahan ini
kuledakkan di atas mezbah-Nya
Kenapa membeku di
puncak doa, seperti tak mendengar apa-apa?
Ia cipta pohon kuldi
dan ular tua penggoda,
sementara tahu,
manusia tak pandai memilih yang mana;
sementara tahu,
lidah bercabang menggelitik membangkitkan bara
Di lorong ini aku melipat
diri
Menjadi ragu apakah
pagi masih bisa dibangunkan
Tersisakah waktu
untuk menarik-narik jubah Tuhan,
memaksa-Nya iba dan
meraup segala sesal?
Barangkali merah
kirmizi kan menjadi seputih salju,
lantas kukecup
kening-Nya yang berdarah sambil berbisik :
“Biarkan kini aku beristirahat,
dalam goa pertapaanku yang paling
akhir!”
Dhenok
Kristianti, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar