Gelombang lepas
gelombang membawaku menujumu
Kian dekat biduk ke
dermaga, kian galau ini rasa
Begitu gentar di
antara rindu yang menggeletar
Adakah kau di
labuhan, menjemput dengan kain basuh tersandang di bahu?
Aku datang, tak lagi
membawa air mata, Kekasih!
Deraiannya tercecer di
sepanjang pelayaran,
teraduk bersama air laut yang
semakin asin oleh sengsaraku
Bersua bersatu kita,
itulah inti hari pelepasan
Tak sudi lagi kuingat langit
gelap, pun gelombang pasang,
atau cuaca buruk, atau kawan
perjalanan yang menjemukan
Tidak juga elang
laut yang mencuri bekal makan malamku,
atau batu-batu karang yang
menghadang,
yang
memaksa bidukku putar haluan,
mencari dan selalu mencari jalan
pulang
menujumu!
Sekejap lagi aku
bakal sampai, kekasih!
Akankah kau
keringkan sisa-sisa air laut di tubuhku
dengan
kain basuh beraroma kembang melati?
Lantas rengkuhanmu
yang kuat meremukkan tulang-tulang
Pasti aku lumer
serupa adonan, menyatu di dalammu
Nanti di titik perpaduan
yang musykil,
bantu aku menghentikan perputaran
bumi
agar kunikmati percintaan terpanjang
bersamamu,
dalam keabadian, tanpa disela jeda
waktu!
Dhenok
Kristianti, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar