Jumat, 24 April 2015

PADANG KARMA (Pintu bagi yang teraniaya)


Pada Sang Durga ia bawa bokor tembaga,
darah amarah
Air suci dari ketujuh sendang,
dan kembang tujuh rupa dari ketujuh rasa tuba,
ia taburi dengan dendam berwarna jelaga

Ø  Ibu Ratu Alam Barzakh, lihatlah hatiku yang memar!
Mereka menggodamnya tiada henti
Racun yang menetes-netes dari mulut,
mereka cipratkan ke ulu hati
Belati di mata ditancapkan bersama angkara
dan kemurnianku diceburkan dalam sumur pengkhianatan

Telah kupinta maaf untuk yang bukan salahku
Kupinta ampun untuk yang bukan lakuku
Kujumpai wajah-wajah kaku mengeras,
bibir-bibir mencibir, mata terbakar bara
terbakar bara!
Udara terhenti
Sakit ini serasa abadi

Ibu Ratu Alam Barzakh, Penguasa kegelapan, Dewi Durga
Bukalah pintu ke padang-padang pembalasan
Kedangkan tanganmu, beri aku jalan, juga kekuatan
sebab kuputuskan : harus ditumpas setiap keangkuhan!

Ia gerai rambut di hadapan Sang Durga
Bunga tujuh rupa warna jelaga
ditaburkan dalam tari puja yang liar menghentak
Saatnya darah dalam bokor ia siramkan ke kepala
keramas di malam buta, mendesak Durga mengabulkan pinta
Bumi berdebum berdentam-dentam
Penguasa Kegelapan muncul dengan sisa tangis di mata
Ia tembangkan lagu kematian
alunan rintih yang dibencinya,
tapi harus ia nyanyikan dalam tarikan napas panjang

Ø  Anakku, kelam hatimu seperti kegelapan tahtaku
      Aku membaui anyir darah di sekelilingmu
      Aku saksikan bercak luka di hatimu
      Aku dengar erang raungmu :
dirusak ganti merusak,
ditindas ganti menindas,
dipanggang ganti memanggang!
Betapa tungku perapianku berkobar seketika
ia tahu, hanya api mampu meleburkan segala
Takkah kau rasakan, betapa menyakitkan mengabulkan doa?
Doa yang dilandasi amarah dan dengki
Doa-doa gelap yang tertuju lurus hanya ke tahtaku
     
Akulah Durga, penguasa kegelapan, pemilik tungku peleburan
Bukan mauku mencelakai musuhmu, tapi hatimu sendiri yang kelam
Menaburlah sesukamu, asal jangan kausesali tuaianmu!
Pembalasan! Pembalasan!
Pembalasan menjerumuskan manusia dalam putaran karma
Tapi jika tak terbelokkan hasrat kesumatmu,
akan kubuka pintu-pintu ke padang pembalasan
Aku di sini, menggigil di depan bokor sesaji


 2013, Dhenok Kristianti





Tidak ada komentar:

Posting Komentar