Selasa, 28 April 2015

DI ANTARA KITA DAN MEREKA


Andaikata cahaya mentari dapat kita belokkan,
ayo arahkan ke sini saja :
            ke rumah-rumah kita,
            ke bentangan sawah milik kita,
            ke baju dan kasur yang kita jemur,
            ke ladang-ladang yang baru saja kita tanami,
            ke semua tempat yang adalah punya kita
Jangan sampai panas sinarnya memancar ke arah mereka,
sebab mereka bukan siapa-siapa, sebab mereka manusia ‘hanya’

Di sini semburat sinar dinyanyikan ditarikan,
dirias dalam syukur atas panen dan kehidupan
Di sana siapa tahu kilau cahaya hanya membuat silau,
sebab kemilau surga terlalu mewah bagi mereka

Andaikata udara dapat kita kendalikan,
ayo bagikan hanya di antara kita saja
Di sini udara yang terhirup, terembus sebagai napas harum,
menggugurkan bunga-bunga musim panas,
hingga bumi penuh keindahannya
Di sana siapa tahu udara terembus sebagai napas busuk
membanjirkan endapan lumpur kotor dari rawa-rawa dan kubangan,
sebab hanya itu mereka punya

Andaikata sulit mengubah arah mentari,
petik saja dan kurung di sini,
agar selamanya tinggal bersama kita, selalu menyinari
Andaikata sulit mengendalikan aliran udara,
jaring saja dan tampung di sini,
agar selamanya bernapas lega, selalu dihidupi

Seandainya tak bisa juga,
kita sesah saja mereka,
kita usir segerombol manusia ‘hanya’
Sampai tak ada lagi mereka
Sampai tak ada lagi di sana
Sampai hanya kita yang ada
Sampai mentari dan udara hanya di sini adanya
Andaikata sulit juga,
dan mentari tetap membagi rata panasnya,
dan segala penjuru tetap dialiri udara,
dan kita tetap tak rela,
bisa apa kita selain merobek-robek jubah?
Menaburkan abu ke kepala,
lantas memukul dada sendiri,
tewas dalam amarah dan dengki

Kita tak pernah mau mengerti :
jika tak ada mentari, jika tak ada udara
mereka memang tak ada di sana,
tapi malangnya….
kita pun juga tak ada di sini!



2012, Dhenok Kristianti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar