Sebegitu lama kau
tersesat dalam rimba kata-kata
Aku mencari ingin
membawamu kembali
Piyama yang dulu
tertinggal di salah satu pondok,
kucuci dan kutaburi
wangi kasturi
Pakailah lagi saat
kau pulang nanti
Tak lelah aku menggeledah
setiap kata dalam syairmu
Membongkar huruf
demi huruf,
mencari makna dalam
nada dan irama
Adakah kau meringkuk
di sana?
Menghisap cinta yang
tak habisnya kaurindu dari tetek ibumu,
sambil sesekali
mengepul-ngepulkan asap rokok yang kian pekat
Tak ada. Dirimu ada
dalam tiadamu
Barangkali telah
kauhancurkan jadi serpihan,
sebagai serbuk yang
menghidupi kata-kata yang kauguratkan
Di bilik puisimu
yang mengharukan kutemukan secium cinta,
kain sarung yang
teronggok,
abu rokok yang
berserakan,
selembar bulu mata
yang lentik,
dan ibumu yang setia
berkata,
“Anak lelakiku lebur dalam puisinya!
Hatiku yang berdebar dibawa serta,
menjadi ajimat yang memaknai
kehadirannya.”
Dhenok
Kristianti, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar