Selasa, 28 April 2015

LELAKI PENDAKI GUNUNG


Berapa kali berkali lelaki itu mengitari gunung?
Gunung yang sama, gunung yang itu itu juga
tanpa pernah mencapai puncaknya
Atau berapa gunung telah ia kelilingi,
tapi tak sekali pun kakinya menjejak puncak?

Sepertinya ia sibuk menghardik sesama pendaki
Sementara ia menuduh salah arah jalan mereka,
dirinya sendiri tersesat di goa-goa kelelawar,
terjerembab di rawa-rawa keruh mengental,
dan kakinya tercabik onak duri, tercabik tajam reranting

Mengapa ia acung-acungkan kapak pada kawan seperjalanan?
Tidakkah semestinya dipakai menumbangkan pohon penghalang?
Arah hatinya tidak pada puncak tuju
Ia selalu lupa menandai jalan setapak yang telah dilalui,
hingga langkahnya terus berputar
kembali ke tempat semula, memutar dan berkali kembali
Berapa lama lagi?
Pendaki lain telah tiba dan mengibarkan bendera,
bahkan mereka yang semula tertatih jauh di belakangnya

Lelaki congkak mendongak ke puncak
Hatinya kecut, kabut di matanya tersaput kabut
Ia bertekad mengulang pendakian,
kali ini dengan hati tertuju pada inti
: mendaki sambil menziarahi diri!



2013, Dhenok Kristianti  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar