Berapa kali berkali lelaki
itu mengitari gunung?
Gunung yang sama,
gunung yang itu itu juga
tanpa pernah mencapai
puncaknya
Atau berapa gunung
telah ia kelilingi,
tapi tak sekali pun kakinya
menjejak puncak?
Sepertinya ia sibuk menghardik
sesama pendaki
Sementara ia menuduh
salah arah jalan mereka,
dirinya sendiri
tersesat di goa-goa kelelawar,
terjerembab di
rawa-rawa keruh mengental,
dan kakinya tercabik
onak duri, tercabik tajam reranting
Mengapa ia
acung-acungkan kapak pada kawan seperjalanan?
Tidakkah semestinya
dipakai menumbangkan pohon penghalang?
Arah hatinya tidak
pada puncak tuju
Ia selalu lupa
menandai jalan setapak yang telah dilalui,
hingga langkahnya
terus berputar
kembali ke tempat semula,
memutar dan berkali kembali
Berapa lama lagi?
Pendaki lain telah
tiba dan mengibarkan bendera,
bahkan mereka yang
semula tertatih jauh di belakangnya
Lelaki congkak
mendongak ke puncak
Hatinya kecut, kabut
di matanya tersaput kabut
Ia bertekad
mengulang pendakian,
kali ini dengan hati
tertuju pada inti
: mendaki sambil menziarahi
diri!
2013,
Dhenok Kristianti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar