Jumat, 24 April 2015

DEBU YANG TERINDU


Daya tarik bumi dirasanya semakin kuat
Kini duduk lebih nikmat daripada berdiri atau berlari,
berbaring lebih nikmat daripada duduk atau berjalan
Ia seperti dipaksa meluncur ke pusatnya
Keikhlasan yang dalam, tak hendak ia melawan
Debu memang harus kembali menjadi debu
Dialah debu yang tak pernah menyesali asal-usul

Sepertinya bumi tak bisa menahan rindu
Entahkah hanya pada raga,
atau sekaligus hendak dicumbu juga jiwa dan ruhnya
Ingin ia ingatkan pada bumi agar menikahi cuma jasadnya,
sebab bumi tak halal bagi ruh yang baka

Seluruh indera kini menuju hampa
Tak ada apa, tak ada siapa
Warna langit di kepala menjadi sepia,
dan ia ingin tersenyum
Senyum paling ramah pada Cahaya yang bangkit dari balik semesta
Cahaya yang diutus menyambut kepulangannya

(Ia melirik jam dinding,
ada tangan perkasa, terulur menghentikan laju jarumnya)



2013, Dhenok Kristianti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar