Hanya karena tak
terlihat mentari di malam hari,
berkatalah kita, “Matahari
tak ada!”
Padahal saat itu
kita sedang memunggunginya
Hanya karena bulan
bersemburat di malam hari,
berkatalah kita, “Bulan
adanya waktu malam!”
Padahal di siang silau
mata sendiri menutupnya
Karena asin pada
garam memberi nikmat,
Berkatalah kita, “Aku
mau jadi garam dalam masakanmu!”
Padahal asin hanya
terasa jika garam larut dan lenyap
Karena terang ada
pada pelita,
Berkatalah kita, “Aku
mau jadi sumbu dalam pelitamu!”
Padahal terang
pelita hanya memancar jika sumbu terbakar
Alangkah terbatas
mata!
Alangkah banyak
cinta meminta!
Mengapa cepat
berkata hanya dengan melihat yang terlihat?
Mengapa pandai
berkata, menyangka kata adalah nyata?
Berkatalah, setelah
mengembara ke balik yang tak kasat mata
Berkatalah, jika ke
titik kosong kita rela!
2013,
Dhenok Kristianti
Arti dari puisi ini apaa ya?
BalasHapus