Ibu tarik ragaku
dari hangat rahimnya
Kepada maut aku
dihempaskan
Tanyaku :
Siapa berhak membuat yang ada jadi
tiada?
Mengapa ia mengingkarinya?
Tak ada niatku bernafas
di rahim lembab
Jantung berdetak
atas yang punya kehendak
Diutus-Nya aku
menopang ibu
karena terlampau
pengecut laki-laki yang ia puja
karena kejam para
kerabat, meludah sembari melempar bara
Aku siap tampil ke
muka
: mengusap pipi ibu
yang basah air mata
Kelak ia kubuat
bangga,
saat kuletakkan
bulir-bulir puisi di pangkuannya
Sayang keniscayaan dibengkokkannya
Ibu mengubah wajah
sendiri,
semakin jauh dari
yang mesti
Aku pun terlempar,
menggelepar bersama
geletar tubuh ibu
Tak bisa kudampingi
ia menepis hujatan-hujatan
karena ia telah
menghunus pedang
Ia tikam hati
sendiri yang merah meradang!
2011, Dhenok Kristianti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar