di tiap detak jantungku
Engkaukah
rahmat dalam perjalananku?
Saat kau
bebat luka-luka yang tertoreh di
sini,
aku tahu,
kau cabik diri sendiri
Ikhlas dan kelu
Sepanjang
hidup tak lepas kita saling taut
Kau reguk
bahagia dalam tawaku, kau telan air mata dalam deritaku
Jika engkau
pokok anggur, aku adalah carangmu
Air yang kau
cecap dari Sumber, menjadi madu di tiap nadiku
Engkau embun
pagi, Ibu
mentari yang
hangat
Jangan padam
cahayamu, jangan layu setiamu
Biar abadi
kukecup katamu,
juga bening sinar
matamu
Di ujung
malam mengalir syukurku dalam sembahyang
Lantas
kulihat tangan Tuhan melambai,
senyum-Nya
lebar tertuju padamu :
”Mari sini, berhentilah dari jerih lelahmu!”
Dhenok Kristianti, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar