Minggu, 25 Mei 2014

BALI DALAM ETALASE

Yes, Sir!
Kami jual Bali, pulau kebanggaan negeri
Kami jual semua, hingga pelosoknya, tanpa sisa
Lihatlah seni tradisi kami, harta tiada banding :
            Dalam lukisan, para leluhur bersemedi
            Dalam pahatan dan ukiran, dewa-dewi menari
            Dalam asap dupa, Dia yang Maha, kekal bertahta
            Dalam puja bakti, air dan bunga membasuh jiwa

Tunjukkan dollarmu, pasti Sir tak kan rugi
kami tukar dengan kekayaan pertiwi
Ketenangan, kedamaian, juga keteduhan, ada di sini
Atau Sir lebih suka tanah-tanah kami,
juga segenap industri?
aha... belilah sekarang, kami jual seluruhnya!
Jangan tawar lagi, ini sudah harga obral
Kalau pandai bersiasat, dollar berlipat dalam sekejap

Yes, Sir!
Silakan ubah wajah Bali, sesuka hati
Tari mistis pun dapat diakali
Boyong tarian dari pura, buang sakralnya
Di mana saja Bali bisa menari
            cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak
            cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak
Senyum dan kerling penari tak lagi bagi para dewa
Tetabuhan dan gamelan tak lagi mengetuk nirwana
Lenggak-lenggok mereka, gamelan yang membahana
tertuju pada ribuan dollar yang terbang dalam mimpi-mimpi

Kami jual Bali, Sir demi zaman ini
Anggur merah dan lazat dunia ingin kami cicipi
Belilah Bali, kan kami beli segala yang Sir bawa
Hidup berasap, lupa diri hingga malam renta,
jarum suntik, dan seribu kekenesan dunia
betapa ingin kami jelajahi, betapa ingin kami jadi bagiannya

(Di puncak meru Maha Dewa memalingkan wajah
Titik-titik air mengkristal di sudut mata-Nya
Ia tak mampu bayangkan
singgasana dan mahkota bukan lagi milik-Nya!)
        


                                                             Dhenok Kristianti, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar