Kami jual Bali, pulau kebanggaan negeri
Kami jual semua, hingga pelosoknya,
tanpa sisa
Lihatlah seni tradisi kami, harta tiada
banding :
Dalam
lukisan, para leluhur bersemedi
Dalam
pahatan dan ukiran, dewa-dewi menari
Dalam
asap dupa, Dia yang Maha, kekal bertahta
Dalam
puja bakti, air dan bunga membasuh jiwa
Tunjukkan dollarmu, pasti Sir tak kan
rugi
kami tukar dengan kekayaan pertiwi
Ketenangan, kedamaian, juga keteduhan,
ada di sini
Atau Sir lebih suka tanah-tanah kami,
juga segenap industri?
aha... belilah sekarang, kami jual
seluruhnya!
Jangan tawar lagi, ini sudah harga
obral
Kalau pandai bersiasat, dollar berlipat
dalam sekejap
Yes, Sir!
Silakan ubah wajah Bali, sesuka hati
Tari mistis pun dapat diakali
Boyong tarian dari pura, buang
sakralnya
Di mana saja Bali bisa menari
cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak
cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak
Senyum dan kerling penari tak lagi bagi
para dewa
Tetabuhan dan gamelan tak lagi mengetuk
nirwana
Lenggak-lenggok mereka, gamelan yang membahana
tertuju pada ribuan dollar yang terbang
dalam mimpi-mimpi
Kami jual Bali, Sir demi zaman ini
Anggur merah dan lazat dunia ingin kami
cicipi
Belilah Bali, kan kami beli segala yang
Sir bawa
Hidup berasap, lupa diri hingga malam
renta,
jarum suntik, dan seribu kekenesan
dunia
betapa ingin kami jelajahi, betapa
ingin kami jadi bagiannya
(Di puncak meru Maha Dewa memalingkan
wajah
Titik-titik air mengkristal di sudut
mata-Nya
Ia tak mampu bayangkan
singgasana dan mahkota bukan lagi
milik-Nya!)
Dhenok Kristianti, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar