Saat itu gerimis berlinang di pelupuk mata
”Good
bye, my paradise! I will miss you!”
Bali lambaikan tangan, aku menelan kepedihan
Perpisahan itu sungguh tak terelakkan
Aku mengembara
Lukisan Bali kekal terpampang di dada
Biar warna semakin kusam, biar kanvas kian tua,
tapi dalam piguraku tak juga sirna :
sawah bersusun-susun,
ombak mendesau-desau,
samudera raya tak henti menggelora
Kurindukan juga :
meru perkasa, menembus
cakrawala
Wangi bunga, aroma dupa,
membubung ke angkasa
Puja-puji dan lenggok
penari,
semua sesembahan bagi Hyang
Wisesa!
Tahun 2008 peluk cium tanah Bali
Aku kembali!
Tari Panyembrama songsong si anak pulang
Tari kecak usik kebalianku
cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak
cak-cak-cak-cak-cak-cak-cak
Aku terpana!
Ini tari tak lagi berjiwa, siapa mencurinya?
Kerling senyum penari tebar kepalsuan
dan paduan kecak tak lagi satu nada
Siapa itu bersuara sumbang?
Hendak kurobek jubah, malam ini juga
Biar kutidur dalam debu, biar abu jadi selimutku
tak kuikhlaskan akarmu tercerabut
tak kusuka rias dan kenesmu kini!
Mestikah kulukis ulang wajah Baliku?
Tapi kuas telah hilang daya
walau pada Bali cintaku sejati
pada Bali cintaku abadi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar