Barangkali kita
masih bersama di taman Swargaloka
Sebelum ia ada, kuldi tak memikat
Tidak kulirik, tidak kudekati, tidak kusentuh
Merahnya tak terbitkan inginku
Lambaian daunnya bahkan mengusir pergi
Hari naas tiba,
ia bawa buah jahanam!
Mengertilah,
Bapa :
terlampau sempurna Kau bungkus
tulang rusukku ini
Apa saja yang ada padanya,
menyentakkan kelelakianku
Kuldi jadi sangat istimewa di tangan Hawa,
lebih lagi dipamerkan dalam tari asmara
Ia liukkan
tubuh, sambil dijilatinya dan digigitnya buah dosa
Aku terpana,
seperti ia jilat dan ia gigit batang linggaku
Sedang aku menggelepar dalam hasrat,
Disusupkan sepotong kuldi dari mulutnya ke dalam
mulutku
Laki-laki dalam puncak alpa
selalu kehilangan akal dan kearifan
Kenapa Hawa
menjelma jadi penggoda?
Tidakkah Kau
utus ia sebagai sandaran jiwa?
O, Bapa…
andai saja tak Kau cipta Hawa,
saat ini kita masih bercengkerama di taman seribu
bunga!
Dhenok Kristianti, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar