sejak
pergiku ke kota berkawan anggur merah dan lazat dunia?
Galau
rinduku senja ini mengajak pulang,
bercengkerama
di ruang tengah yang resik dan kubanggakan
Masih
resikkah rumahku kini setelah kuusir penjaga setia?
Ia
kudepak sebab coba halangi niatku mencicip anggur kota
Ia
halangi dengan mulutnya yang meneteskan madu Sumbawa,
tapi
madu aku telah bosan betapapun manis dan enaknya!
Aku
mau anggur kota! Anggur kota yang memabukkan!
(Akhirnya
pulang juga aku)
Di
depan rumah kulihat penjaga setia berdiri
Ia
coba buka pintu, tapi tak mampu sebab kunci ada padaku
Kutanya
mengapa belum pergi, bukankah telah kusuruh?!
Dia
jawab sangat cinta padaku dan ingin terus menjaga rumahku
Rumah
kubuka, aku terpana!
Rumah
kosong!
Perabot tak ada!
Sarang
laba-laba!
Ngengat
dan gegat!
Marahku
membersit kepada penjaga setia
-
Mengapa menjaga rumahku engkau tidak bisa?
Mengapa
rumah begini kotor?
Di mana
semua perabot?”
+ Bukankah telah
terusir aku?
Bukankah telah
terjual semua harta?
Bukankah telah
ditukar dengan anggur merah dan lazat dunia?”
(Kutonjok tangan, kaki, dan lambungnya dan
kuusir dia)
Perginya… perginya penjaga setia dengan luka di
tangan, kaki, dan lambung,
sementara dari mulutnya terus menetes-netes madu
Sumbawa
Dan rumahku?
kandang babi pantasnya!
Dhenok Kristianti, SUARA KARYA, 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar