Minggu, 25 Mei 2014

RUMAH

Berapa lama tak kulihat-lihat rumahku
sejak pergiku ke kota berkawan anggur merah dan lazat dunia?
Galau rinduku senja ini mengajak pulang,
bercengkerama di ruang tengah yang resik dan kubanggakan

Masih resikkah rumahku kini setelah kuusir penjaga setia?
Ia kudepak sebab coba halangi niatku mencicip anggur kota
Ia halangi dengan mulutnya yang meneteskan madu Sumbawa,
tapi madu aku telah bosan betapapun manis dan enaknya!
Aku mau anggur kota! Anggur kota yang memabukkan!

(Akhirnya pulang juga aku)

Di depan rumah kulihat penjaga setia berdiri
Ia coba buka pintu, tapi tak mampu sebab kunci ada padaku
Kutanya mengapa belum pergi, bukankah telah kusuruh?!
Dia jawab sangat cinta padaku dan ingin terus menjaga rumahku

Rumah kubuka, aku terpana!
Rumah kosong!
Perabot tak ada!
            Sarang laba-laba!
                        Ngengat dan gegat!

Marahku membersit kepada penjaga setia
-          Mengapa menjaga rumahku engkau tidak bisa?
Mengapa rumah begini kotor?
Di mana semua perabot?”
+    Bukankah telah terusir aku?
      Bukankah telah terjual semua harta?
      Bukankah telah ditukar dengan anggur merah dan lazat dunia?”

(Kutonjok tangan, kaki, dan lambungnya dan kuusir dia)

Perginya… perginya penjaga setia dengan luka di tangan, kaki, dan lambung,
sementara dari mulutnya terus menetes-netes madu Sumbawa

Dan rumahku?
kandang babi pantasnya!


                                        Dhenok Kristianti, SUARA KARYA, 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar