yang kata
guruku di SD :
Inilah zamrud di Katulistiwa!
Kaya alamnya, gemah ripah loh jinawi istilahnya
Ramah tamah penduduknya dan santun pula
Guruku
bercerita hingga berbuih sudut-sudut bibirnya
Kita punya tambang batu bara di Ombilin,
tambang aspal di Pulau Buton,
biji besi di Pulau Sumba,
dan tambang emas di Papua
Dahulu kala, rempah-rempah kita digandrungi lebah-lebah Eropa
Jangan pernah lupa, hutan-hutan Kalimantan adalah paru-paru dunia!
Tanpa Indonesia bumi kehilangan nafasnya!
Aku percaya
dan alangkah bangga!
Lebih-lebih
kata ‘kita’, kepastian bahwa Indonesia milik bersama
Kini, 40
tahun sesudahnya, aku bertanya-tanya :
Bohongkah ia, guru SD-ku yang
wisesa?
Karena lewat
televisi kusaksikan :
manusia yang satu melawan manusia lain,
bantai-membantai tak pernah usai
juga jurang-jurang kian lebar menganga
Ada yang berumah di istana-istana raja.
tetapi banyak yang tak punya tempat untuk meletakkan kepala!
Ada yang makan minum hingga mabuk,
tapi kelaparan meraja lela di sudut-sudut kota!
Bohongkah
guruku, atau perputaran masa mengubah segala?
Karena
kubaca di koran-koran :
hutan Kalimantan tinggal sejengkal
tambang-tambang tak sepenuhnya milik
Indonesia
ke mana larinya?
masuk ke pundi-pundi siapa?
Sampah dan limbah mengental di lubuk-lubuk sungai
penyakit dan amarah mencuat di
ujungnya
Inikah negeri pusaka, tanah Surga di
dunia?
Astaga! puisiku
hari ini tentang Indonesia
kumpulan
semut yang mati di gudang gula!
Dhenok Kristianti, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar